DASAR-DASAR FOTOGRAFI
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.)
jadi FOTOGRAFI adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Secara sekilas melakukan potret-memotret adalah perkara yang mudah.Beberapa tipe produk kamera saku di era tahun 80-an dan 90-an memang disediakan untuk kalangan amatir/pemula sehingga fasilitas di dalam kamera tersebut hampir segalanya serba otomatis, mulai dari pengukuran pencahayaan, penghitungan kecepatan pencahayaannya, dan bukaan diafragma, sampai pada loading/penggulungan film setelah pemotretan.Dengan kamera seperti itu, tugas seorang pemotret tinggal membidik obyek dan jepret selesai.
Bagi pemotret yang profesional, memotret lebih diartikan sebagai “membuat” daripada „mengambil” foto.Para pemotret profesional ini telah memiliki “foto hasilnya” sebelum memotret. Di kepala mereka sudah ada konsep total, sedangkan proses memotret hanyalah “sentuhan akhir saja”.Para pemula yang baru belajar fotografi , dapat mulai menanyakan kepada diri sendiri ketika hendak menjepretkan tombol rana :
a. Mengapa saya mengambil foto ini?
b. Apa yang paling menarik dari obyek ini?
c. Apa arti tempat ini bagi saya ?
d. Apa yang menyebabkan saya memilih tempat ini untuk memotret?
e. Benarkah pemandangan ini lebih indah daripada tempat lainnya?
Pertanyaan-pertanyaan di atas bisa berkembang terus bergantung obyek, tujuan pemotretan serta situasinya, yang pasti, dalam memotret kita “menterjemahkan” suatu keadaan atau suatu adegan sebuah gambar yang tidak bergerak. Adegan asli mempunyai cerita karena gerakannya, sedangkan foto kita yang tidak bergerak harus mempunyai esensi adegan asli walau ia diam.
Selain itu, adegan asli adalah tiga dimensi,sedangkan foto kita hanya adegan dua dimensi, dan itu pun sangat terbatas pada selembar kertas foto saja(Nugroho Adi,2010:2)
PERUBAHAN DARI TIGA DIMENSI KE DUA DIMENSI
Karena kita melihat dengan dua mata, bayangan yang kita dapatkan setelah diolah otak adalah bayangan tiga dimensi . Ada kesan ruang, ada kesan “kedalaman”, serta jelas batasan benda yang dekat dengan benda yang jauh. Sedangkan foto hanya mempunyaai dua dimensi. Ia hanya kenal panjang dan lebar.Kesan “kedalaman” foto didapat dari logika kita yang dibantu dengan kemampuan sang fotografer menceritakan hal itu.Kesan ruang akan terbentuk dari perspektif yang dipilih pemotretnya. Selain itu, suatu adegan yang tampak indah di mata belum tentu akan tampak indah didalam foto.
Disamping masalah penerjemahan suasana tiga dimensi, ada masalah utama dalam fotografi yaitu, memilih bagian mana yang akan ditonjolkan pada foto, dan seberapa besar bagian utama yang akan ditonjolkan itu harus direkam.Di sini perlu diingat, bahwa apa yang dilihat mata sangatlah berbeda dengan apa yang direkam kamera serta foto jadinya nanti. Mata bisa memilih dan hanya melihat sesuatu dengan jelas walaupun obyek itu cukup jauh, tapi kamera tidak merekam semuanya yang ada di depannya tanpa memilih milih lagi.
Ada satu cara sederhana untuk melatih penglihatan mata kita terhadap obyek yang akan kita foto. Yaitu dengan membuat bingkai jari tangan kita kemudian kita “letakkan” di depan mata kita, dengan mendekatkan bingkai jari itu ke dekat mata, kita seakan melihat obyek dengan lensa sudut lebar, namun kalau”bingkai” jauh dari mata seakan kita memakai lensa tele yang mempunyai cakupan pandang sangat sempit
(Nugroho Adi,2010:3).
Komentar
Posting Komentar